Thursday 26 September 2013

Definisi Kesungguhan

Ada sepotong kisah dari mulut ke mulut tentang kiai Imam Zarkasyi yang mendirikan Gontor. Beliau pernah memberikan pengarahan khusus kepada para santri dengan membawa alat peraga. Pak Kiai berdiri didepan para santrinya dengan membawa dua golok. Golok ditangan kanannya tajam berkilat-kilat baru diasah. Sementara itu, yang sebelah kiri tampak sudah berkarat.

Dengan raut muka santai, Pak Kiai lalu menggengam golok yang tajam dan menebaskannya ke sebatang kayu. Tapi, sedikit lagi menyentuh kayu itu, ayunan golok terhenti. Rupanya Kiai mengalihkan perhatian kepada para murid dan mengajak mereka mengobrol. Sambil tetap mengobrol, ayunan diteruskan ke arah kayu dengan santai. Kayu tadi bergeming, tidak terputus dua. Lalu, beliau berhenti.

Kemudian, beliau beralih menghunus golok tumpul dan karatan. Kali ini raut muka beliau sangat serius. Lalu, dengan sepenuh tenaga, dia mengayun golok karatan dengan cepat ke arah kayu. Duk ! Golok menghajar kayu. Tidak terjadi apapun. Tapi, Kiai tidak menyerah, dia mengulang-ulang hal yang sama sampai akhirnya, Plar ! kayu patah menjadi dua dihajar golok berkarat itu.

Pak Kiai menjelaskan hikmah dari jurus golok itu. Orang pintar bagaikan golok tajam. Tapi, kalau tidak serius dan malas-malasan, belum tentu golok tajam ini akan mampu menebas kayu. Kepintaran akan mubazir tanpa aksi sungguh-sungguh.

Sementara itu, orang yang tidak pintar diibaratkan dengan golok karatan. Walau otak tidak gemilang, kalau terus bekerja keras dan tidak lelah mengulang-ulang usaha, lambat laun akan berhasil. Apalagi, kalau golok karatan diasah dengan rajin dan kemampuan terus dilatih. Konon Abraham Lincoln berkata, " Kalau saya punya delapan jam untuk menebang  pohon, akan saya gunakan enam jam pertama untuk mengasah Kapak. "

Usaha dan persiapan yang sungguh-sungguh akan mengalahkan usaha yang biasa-biasa saja. Kalau bersungguh-sungguh akan berhasil, kalau tidak serius akan gagal !!!


0 komentar:

Post a Comment